Kemajuan suatu Negara sangat tergantung dengan kemajuan lembaga pendidikannya, mulai dari dasar sampai pendidikan tinggi. Jika Negara itu maju, maka lembaga pendidikan dapat dipastikan maju, dan sebaliknya. Oleh sebab itu, studi banding lembaga pendidikan selalu dilakukan di lembaga pendidikan yang ada di negara-negara maju.
Dalam konteks membangun karisma guru sebaiknya kita melihat negara-negara maju, bagaimana lembaga pendidikan membangun karisma gurunya sehingga mampu mendinamiskan potensi anak didik sehingga melesat cepat menggapai tangga dan puncak kesuksesan dengan penemuan-penemuan besar yang mempengaruhi dunia? Belajar kepada mereka sangat penting supaya bangsa ini mampu melakukan lompatan pengetahuan dan prestasi yang mencenangkan dunia di masa depan.
Jika hanya mengendalikan system pendidikan kita tanpa mau belajar kepada negara lain yang terbukti mampu mengubah negaranya menjadi negara adidaya dengan daya kreasi dan inovasi yang berkualitas tinggi, maka eksklusivitas kita akan menjadi boomerang kemunduran bangsa ini terus-menerus. Hal ini juga merupakan kesombongan yang tidak boleh terjadi. Sebab, sejarah mencatat bahwa kader-kader hebat bangsa ini dulu banyak belajar di luar negeri. Mereka bukan sosok orang yang menutup diri dari dunia luar. Justru mereka aktif mempelajari keunggulan negara lain dan mengadopsinya untuk kemajuan negara sendiri dengan seleksi ideologis yang ketat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bidang yang layak kita pelajari dari negara-negara maju. Sementara dalam bidang ideology dan spritualitas, kita percaya kepada ideology dan spiritualitas bangsa sendiri. Keduanya adalah symbol dan fondasi bangsa yang tidak boleh ditukarkan dengan apapun. nasionalisme dan patriotism religious adalah kunci kesuksesan bangsa dan menggapai era kejayaan di masa depan. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tercerabut nasionalisme dan patriotisme religiusnya meskipun hidupnya di negara-negara maju, karena mereka adalah tunas-tunas bangsa yang bertanggung jawab penuh mengharumkan nama bangsa ini di mana pun dan kapan pun.
A. Karya Menjadi Simbol Kepakaran
Karya adalah symbol otoritas seseorang dalam disiplin ilmu tertentu. Setinggi apa pun ilmu seseorang jika tidak punya karya, maka otoritas ilmunya diragukan dan dipertanyakan. Di negara-negara maju, guru harus mempunyai karya di bidangnya sendiri sebagai bukti bahwa ia mempunyai kepakaran, wawasan dan pandangan yang luas terhadap bidang yang diajarkan.
Sebuah karya lahir dari proses panjang, seperti tenggelam dalam dunia baca, penelitian , dan tulis menulis. Menjadi pakar dunia tentang bidang yang menjadi kepakarannya, kemudian melakukan telaah, analisis, dan mengambil kesimpulan dari pendapat para pakar. Setelah itu, ia melakukan riset mendalam untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan bidang tersebut, lalu risetnya menemukan sesuatu yang mampu menutup kelemahan dan kekurangan bidang tersebut. Baru kemudian ia menyusun hasil bacaan, telaah, dan riset dalam bentuk karya.
Karya mempunyai kualitas yang berbeda-beda. Ada yang menjadi rujukan utama yang disebut hand book atau buku utama sebagai induk dari bangunan ilmu, ada yang menjadi rujukan kedua yang disebut middle book atau buku menengah sebagai penyempurna dari buku utama, dan ada yang menjadi elementary book atau buku dasar merupakan pelengkap buku utama yang biasanya diperuntukan bagi para pemula.
Dr. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (2009) ketika melakukan studi banding dan riset di Universitas al-Azhar Kairo Mesir mengaku kagum kepada para dosen di universitas tersebut. Syarat menjadi dosen di lembaga ini harus mempunyai karya di bidangnya. Tentu para dosen di lembaga ini berlomba-lomba menulis karya dengan teliti, sunguh-sungguh, dan mendalam, karena ada seleksi ketat. Karya yang diterima adalah karya berkualitas, bukan karya asal-asalah yang cepat habis dan tidak banyak dalam dunia keilmuan.
Dalam konteks ini, para guru senior di negeri ini harus menjadi teladan yang baik dalam melahirkan karya-karya besar. Guru senior dengan pengalaman dan jam terbang yang tingi, mempunyai endapan pengalaman dan jam terbang yang tinggi, banyak yang harus diabadikan dalam bentuk karya yang bisa dinikmati anak-curu. Jika guru senior tidak memberikan teladan, maka sangat sulit mendorong guru-guru junior untuk berkarya karena tidak ada motivasi lebih.
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa untuk tinggalkan komentar Anda