Tahukah Anda, ternyata teramat banyak orang yang meracuni dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran beracun, pengaruh-pengaruh beracun, dan hubungan-hubungan beracun ?
Terlepas dari mana sumbernya, tampaknya diri kita sendirilah yang paling bertanggung jawab atas racun-racun tersebut. Kitalah yang justru paling sering “menyuntikkan” racun-racun tersebut ke dalam diri kita sendiri.
Sepanjang waktu, diri kita sendiri yang paling tekun memasukkan racun-racun tersebut ke dalam kehidupan kita. Seiring waktu, racun-racun itu menumpuk dalam diri kita, dan uniknya menjadi identitias diri kita. Pribadi kita di mata orang lain identik dengan racun-racun itu sendiri.
Terhadap apapun yang kita alami, tampaknya kita juga selalu memancarkan racun-racun tersebut. Dalam setiap apa yang kita jalani, kita selalu memperlihatkan racun-racun tersebut. Seakan tak cukup, saat bergaul dengan orang-orang lain, kita membagi racun-racun tersebut. Sadar atau tak sadar, kita tumbuh menjadi orang yang beracun dalam kehidupan orang lain.
Kita menebarkan racun tersebut bukan hanya ke dalam kehidupan kita, namun juga ke dalam kehidupan orang lain disekitar kita. Seperti tokok Midas dalam dongeng dimana yang disentuhnya berubah menjadi emas, setiap yang kita sentuh berubah menjadi racun, baik buat diri kita sendiri maupun buat orang lain.
Tanpa kita sadari, berlimpahnya racun-racun yang kita “suntikkan” ke dalam diri kita membuat setiap atom keberhasilan tak mungkin hidup dalam kehidupan kita. Racun-racun itu menggelapkan kehidupan kita dan menciptakan kubah pelindung yang menolak setiap butir keberhasilan untuk masuk ke dalam kehidupan kita.
Uniknya, racun-racun dalam diri kita justru semakin bertambah pekat lagi seiring dengan kegagalan demi kegagalan yang kita alami. Semakin bertambah kegagalan dalam kehidupan kita, semakin bertambah racun-racun yang beredar dalam kehidupan kita.
Apa sajakah racun-racun yang kita suntikkan ke dalam diri kita ? Berikut contoh pikiran beracun yang sering kita tebarkan dalam ruang kehidupan kita :
a. Belum berbuat apa-apa sudah bilang, “Kalau nanti gagal, gimana ?”
b. Bagaimana mungkin aku bisa berhasil ?
c. Bagaimana aku seberuntung orang lain ?
d. Apa hanya anak orang kaya yang bisa jadi kaya ?
Mari kita basmi racun-racun yang ada pada diri kita. Mulai sekarang dan selalu optimis, jangan jadikan pesimis sebagai teman dekat Anda, semoga kesuksesan segera Anda raih !
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa untuk tinggalkan komentar Anda